BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seiring
dengan prosesnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di berbagai bidang, khususnya dalam upaya
untuk mewujudkan negara Indonesia yang maju, mandiri dan madani dengan
masyarakat yang aman dan sejahtera. Indonesia harus menghadapi berbagai
tantangan global. Tantangan paling fundamental adalah upaya Indonesia untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan
secara dan berkeseimbangan. Untuk menjawab hal tersebut, diperlukan usaha-usaha
peningkatan dalam bidang efisiensi ekonomi, produktivitas tenaga kerja,
kualitas sumber daya alam manusia. Pendidikan yang baik serta kontribusi yang
maksimal dalam membangun sarana dan prasarana untuk masyarakat.
Potensi
pengembangan sapi lokal di Indonesia sangat besar, sehingga perlu usaha
pemberdayaan dan peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Sapi merupakan salah
satu hewan yang diternakkan secara besar-besaran, bukanhanya di Indonesia
tetapi juga di seluruh dunia. Salah satu upaya untuk melestarikan sapi adalah
dengan menjaga kesehatan melalui pencegahan dan pengobatan penyakit. Pada
dasarnya peternak sapi mengerti dan mengetahui bahwa ternaknya dalam keadaan
tidak sehat atau sakit. Tetapi masalah yang dihadapi para peternak ini tidak
hanya sebatas dalam mengetahui ternaknya sedang terkena penyakit karena para
peternak masih mengalami kesusahan dalam mengatasi penyakit yang di derita
ternaknya serta cara pengobatan dan pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.
Peningkatan
pelayanan kesehatan hewan sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas ternak, menjaga penyebaran penyakit
hewan, penyebaran penyakit zoonosis,
melindungi masyarakat dari bahaya makanan asal hewan yang berbahaya, memenuhi kepuasan peternak terhadap pelayanan
kesehatan hewan, meningkatkan produktifitas
ternak, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan, penyebaran penyakit zoonosis.
Pengendalian berbagai penyakit menular
pada sapi adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian, sebagaimana kita
tahu bahwa pengendalian penyakit jauh lebih baik daripada pengobatan. Hal ini bisa
di mengerti dikarenakan bila ternak sapi kita sudah terkena penyakit otomatis biaya
yang dibutuhkan juga akan bertambah, dan bukanlah suatu jaminan bahwa setelah
diobati ternak akan sembuh. Karena untuk dapat
mencapai kesembuhan
dari suatu penyakit ada banyak faktor yang berpengaruh. Jadi hal terbaik
adalah mencegah peyakit sapi sebelum menyerang ternak tersebut.
Salah
satu tempat yang menjadi pusat Reproduksi dan kesehatan adalah di UPT Reproduksi dan Kesehatan Hewan,
Puaskeswan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. UPT tersebut memegang
tiga kecamatan dengan populasi ternak yaitu: Kecamatan Alas Barat; 4.709 ekor
Sapi, 454 ekor kerbau, 922 ekor kuda 845 ekor kambing 129 ekor domba. Kecamatan
Alas; 2.347 ekor sapi, 312 ekor kerbau, 271 ekor kuda, 589 ekor kambing, 32
ekor domba. Kecamatan Buer; 3.629 ekor sapi, 257 ekor kerbau, 338 ekor kuda,
568 ekor kambing, 97 ekor domba.
Oleh
karena itu, kami sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan perlu adanya kegiatan
Praktik Kerja Lapang yang berada di UPT Produksi dan Kesehatan Hewan, Kecamatan
Alas, Nusa Tenggara Barat. Untuk proses meningkatkan wawasan serta keterampilan
dalam melakukan kegiatan PKL.
2.1 Tujuan
dan Kegunaan PKL
Adapun
tujuan dan kegunaan PKL ini adalah antara lain
1.
Tujuan PKL
Adapun
tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui Pelayanan
Kesehatan Ternak Sapi di UPT Reproduksi Dan Kesehatan Hewan, Puskeswan
Kecamatan Alas, Sumbawa
b) Membandigkan teori yang diperoleh
dibangku kuliah dengan keadaan yang diamati di lapangan
2.
Kegunaan PKL
Adapun
kegunaan dilaksanakannya PKL ini adalah
sebagai berikut :
a) Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa peternakan dalam menambahkan pengetahuan dan wawasan di bidang
peternakan khususnya dipelayanan kesehatan ternak
b) Memberikan pengalaman kepada
mahasiswa untuk terjun langsung atau bekerja dan berpatisipasi di tempat
praktik lapangan kerja
c) Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bersosialisasi dan bekerja dengan para karyawan di perusahaan
tempat pelaksanaan PKL
BAB
II
RENCANA
KEGIATAN
2.1 Gambaran
Umum Lokasi PKL
Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan
di UPT UPT Reproduksi Dan Kesehatan Hewan, Puskeswan Kecamatan Alas, Sumbawa,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. UPT Reproduksi Dan Kesehatan Hewan, Puskeswan
Kecamatan Alas, Sumbawa wilayah kerjanya memegang 3 kecamatan yaitu antara lain
kecamatan Alas Barat, kecamatan Alas dan kecamatan Buer.
Pelatihan dilakukan dengan cara ikut
aktif menangani berbagai permasalahan kesehatan ternak terkait pelaksanaan
pelayanan kesehatan ternak di UPT Reproduksi Dan Kesehatan Hewan, Puskeswan
Kecamatan Alas, Sumbawa. Adapun jenis pelayanan yang dilakukan yaitu pelayanan
kesehatan ternak, pelayanan insiminasi buatan dan bantu kelahiran ternak.
Pelayanan kesehatan ternak mencangkup ternak besar, ternak kecil dan ternak
kesayangan. Ternak besar terdiri dari ternak sapi, kerbau, dan kuda. Ternak
kecil terdiri dari kambing dan domba. Sedangkan ternak kesayangan terdiri dari
ternak kucing, anjing,dan ayam jago alias ayam gocek.
2.2 Macam Kegiatan yang Akan
diLakukan
Dalam
Praktik Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan kegiatan yang mencakup;
a. Kegiatan utama
Ada pun kegiatan utama Praktik Kerja
Lapangan adalah tentang pelayanan kesehatan, Peningkatan
pelayanan kesehatan hewan sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas ternak, menjaga
penyebaran penyakit hewan, penyebaran penyakit zoonosis,
melindungi masyarakat dari bahaya makanan asal hewan yang berbahaya, memenuhi kepuasan peternak terhadap pelayanan kesehatan
hewan, meningkatkan produktifitas ternak,
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan, penyebaran penyakit zoonosis (Anwar, 2009).
Pengendalian
berbagai penyakit menular pada sapi adalah hal yang perlu mendapatkan
perhatian, sebagaimana kita tahu bahwa pengendalian penyakit jauh lebih baik
daripada pengobatan. Hal ini bisa di mengerti dikarenakan bila ternak sapi kita
sudah terkena penyakit otomatis biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah, dan
bukanlah suatu jaminan bahwa setelah diobati ternak akan sembuh. Karena untuk
dapat mencapai kesembuhan dari suatu penyakit ada banyak faktor yang
berpengaruh. Jadi hal terbaik adalah mencegah peyakit sapi sebelum menyerang
ternak tersebut (Subronto, 2001).
Pengendalian
penyakit juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin maupun suplemen. Vaksin
adalah suatu suspensi jasat renik yang dimatikan atau dilemahkan atau suatu
produk yang berasal dari bahan tersebut dan bila disuntikan akan memacu
antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh jasat renik tersebut. Vaksinasi sangat penting dalam dunia
peternakan, hal ini dilakukan agar penularan dan penyebaran penyakit dapat
ditanggulangi (Sudaryani, 2003).
Hewan
besar
seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular
multivitamin B-complex dan antiparasit. Metode injeksi tersebut pada daerah subcutan
atau intramuscular. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme
karbohidrat, asam lemak dan protein, imunitas, menambah nafsu makan, dan
membantu tumbuh kembang. Dosis yang diberikan sekitar 3 ml per ekor. Biosolamin
juga dilakukan dengan cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin sebagai
penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis
melahirkan
(Sudaryani, 2003).
b. Kegiatan Tambahan
Adapun kegiatan tambahan pada kegiatan PKL ini
adalah berkaitan dengan pelayanan IB dan penanganan kelahiran. Pelayanan
Inseminasi Buatan (IB)
merupakan program yang telah dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi
ternak yang efektif. Secara umum teknik Inseminasi Buatan (IB) terdiri
dari dua metode yakni metode inseminasi vaginaskop atau spekulum dan
metode rectovaginal. Keberhasilan kebuntingan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satu faktor yang dominan adalah posisi deposisi semen dalam saluran
reproduksi ternak betina (Selk 2002). Pelaksanaan program Inseminasi Buatan
(IB) harus melibatkan berbagai komponen mulai pemerintah pusat, propinsi
dan kabupaten serta peternak agar pelaksanaan program Inseminasi Buatan (IB)
bisa berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang maksimal. Sedangkan bantu
kelahiran ternak
apabila ternak mengalami kesulitan melahirkan atau biasa disebut Distokia. Distokia
adalah gangguan
reproduksi yang menyebabkan ternak
kesulitan melahirkan. Kejadian distokia
biasanya terjadi pada sapi dara yang baru pertama kali melahirkan
(Schuenemann, 2012).
BAB III
JADWAL KEGIATAN
NO |
Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan |
||||
Juni
|
Juli |
Agustus |
September |
Oktober |
||
1 |
Persiapan
PKL |
|
|
|
|
|
2 |
Pelaksanaan |
|
|
|
|
|
3 |
Penyusunan Laporan |
|
|
|
|
|
4 |
Evaluasi |
|
|
|
|
|
DAFATAR PUSTAKA
Anwar, M. 2009. Analisis
Kepuasan Peternak terhadap Pelayanan Kesehatan Hewan diKabupaten Siak Propinsi
Riau. Bogor : IPB
Schuenemann, G. M. 2012.
Calving Manajement in Dairy Herds: Timing
of Intervention and Stillbirth. Ohio (USA): The Ohio State University.
Selk, G. 2002. “Artificial
Insemination for Beef Cattle.” http://www.thecattlesite. com/articles/721/artificial-insemination-for-beef-cattle/.
Subronto and Tjahajati. 2001.
Ilmu Penyakit Ternak 2 . Gadjah Mada University Press
Sudaryani, T. 2003. Tehnik vaksinasi dan pengendalian penyakit ayam.Cetakan ke-5.Penebar swadaya. Jakarta
Komentar
Posting Komentar