Langsung ke konten utama

LAPORAN REPRODUKSI (Koleksi, Evaluasi, Pembekuan dan Pengenceran)













ACAR I KOLEKSI (PENAMPUNGAN) SEMEN


KOLEKSI (PENAMPUNGAN) SEMEN
1.1.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini agar praktikan mengetahui cara penampungan semen dengan vagina buatan dan mendapatkan semen yang segar yang kualitasnya baik agar dapat diproses lebih lanjut.

1.2.Hasil Praktikum
WhatsApp Image 2019-06-23 at 18.28.21WhatsApp Image 2019-06-23 at 18.28.20





                     (a)                                                         (b)
Gambar 1. Penampungan semen segar (a)Sample K1 (b)Sample K2
Dari hasil penampungan semen kambing yang telah dilakukan, didapatkan sperma kambing dengan volume K1 sebanyak 0,9 ml/ejakulasi dan K2 sebanyak 0,8 ml/ejakulasi.
1.3.Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilaksanakan secara langsung dilapangan dengan menggunakan hewan ternak kambing  jantan dengan nomor IDK1 untuk kambing pejantan 1dan K2 untuk kambing jantan ke 2, sedangkan kambing betina sebagai pemancing yang terikat dikandang jepit. Seleksi pejantan salah satunya yaitu dengan melihat tingkah laku seksualnya (sexual behavior), karena ini berpengaruh pada kemampuan reproduksi dan kualitas semennya. Menurut Herwijanti (2004),tingkah laku seksual pada pejantan dapat mempengaruhi produksi semen. Dimana penampungan semen adalah suatu upaya yang dilakukan kolektor untuk mendapatkan semen dari seekor pejantan secara sengaja dan  bertujuan untuk memperoleh semen yang banyak dan kualitas yang baik untuk keperluan inseminasi buatan sesuai menurut Sufyanhadi (2012), tujuan dari penampungan semen adalah untuk memperoleh semen yang jumlahnya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Inseminasi buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi. Proses secara luas mencakup penampungan semen, evaluasi semen dan pengenceran semen. Sesuai  menurut hafez dan bellin, (2000) mengatakan bahwa proses inseminasi buatan mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan sampai pada deposisi semen kedalam saluran reproduksi betina.
penampungan ini dilakukan dengan metode vagina buatan yaitu alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Vagina buatan yang akan digunakan diolesi Vaseline agar vagina buatan menjadi licin dan menggunakan air panas.Suhu air panas yang digunakan adalah 42-45 ᵒC. kambing jantan dibiarkan menaiki atau penunggangan semu 2 sampi 3 kali pada pemancing yaitu kambing betina, apabila cukup terangsang pada saat penunggangan dan penisnya keluar, kemudian diarahkan penisnya kedalam vagina buatan sampai terlihat dorongn kuat yang menandakan kambing telah berejakulasi dengan memegang prepusiumnya.Kelebihan dari penampungan menggunakan vagina buatan ini yaitu karena metode penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam.Kambing  jantan dibiarkan menaiki pemancing yaitu kambing betina dan semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar.  Struktur dari vagina buatan ini adalah lapisan luar yang terbuat dari bahan plastic atau karet, lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut karena lapisan ini adalah tempat masuknya penis sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis, saluran tempat masuknya air dan udara, selongsong penampung dan tabung yang digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong. Vagina buatan lebih mudah dilakukan dan tidak perlu keahlian khusus sehingga mudah diterapkan dibandingkan metode lain, sehingga untuk mendapatkan semen segar yang berkualitas maka metode vagina buatan harus diterapkan dan dikembangkan guna meningkatkan bibit unggul dan populasi ternak sehingga mampu memenuhi permintaan pasar.
Pada penampungan yang telah dilakukan maka diperolehlah jumlah semen untuk kode kambing K1 sebanyak 0,9 ml/ejakuklasi sedangkan uantuk kode kambing K2 sebanyak 0,8 ml/ejakulasi. Semen yang diperoleh tersebut ditutup dengan alumunium foil kemudian dimasuki ke dalam boks Styrofoam putih, dan segera dibawa ke laboratorium agar dapat dilakukan penanganan selanjutnya.

1.4.Kesimpulan
Metode penampungan dengan menggunakan vagina buatan lebih sering dan umum digunakan di lapangan karena kualitas semen yang didapatlebih baik dan tidak tercampur dengan urin atau minimalisir human eror.sehingga pada praktikum ini kami memperoleh hasil semen pada kambing dengan kode K1 sebanyak 0,9 ml/ejakulasi dan kambing dengan kode K2 sebanyak 0,8/ejakulasi.

1.5 Saran
Diharapkan kepada Fakulas Peternakan untuk melengkapi fasilitas praktikum, kepada coast sudah baik dalam penyampaian materi maupun dalam memperaktikan cara pengambilan semen dengan VB (vagina buatan) sehingga praktikan muda dalam praktik, dan kepada praktikan untuk lebih tepat waktu sebelum praktikum dimulai sehingga tidak ada yang telat pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hafez and M.E. Bellin. 2000. Semen evaluation reproduction in farm animals. 7hed. Newyork. London.
Herwijanti, E. 2004.Pengaruh tingkah laku seksual terhadap kualitas semen pada berbagai bangsa sapi potong. Tesis program studi ilmu ternak. Program pasca sarjana, universitas brawijaya. Malang.
Sufyanhadi. 2012. Metode penampungan semen. http://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif /metode/metode-penampungan-semen.Diakses  8 juli 2019
.












ACARA II EVALUASI (PENILAIAN) SEMEN


EVALUASI (PENILAIAN) SEMEN
1.1.  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini agar praktikan dapat menilai kualitas semen segar yang ditampung melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.

1.2.  Hasil Praktikum
a.       Pengamatan Makroskopis
Tabel1. Hasil Pengamatan Secara Makroskopis Terhadap Semen Kambing
Sample
Volume
(ml/ejakulasi)
Warna
Skor
Tingkat Kekentalan
pH
Bau
K1
0,9
Krem
5
Kental
7
Khas sperma
K2
0,8
Krem
5
Kental
7
Khas sperma

b.      Pengamatan Mikroskopis
WhatsApp Image 2019-06-23 at 19.46.18






                     Gambar 2. Gambar Sperma secara mikroskopis
Pada pengamatan secara mikroskopis dilakukan pengamatan terhadap sperma kambing yaitu pengamatan pergerakan masa, pengamatan pergerakan individu pemeriksaan konsentrasi sperma, persentase sperma hidup/mati dan morfologi sperma. Adapun hasil yang didapatkan dari pengamatan tersebut adalah sebagai berikut;

Tabel 2. Pengamatan Mikroskopis
Sampel
Pergerakan masa
Pergerakan individu
K1
+3
3
K2
+3
3

Ø Perhitungan Viabilitas (Daya Hidup)
1.      %  Hidup         :
K1= 
                 = 84 %
K2 =
                 = 80 %
2.      % Mati                        :
K1:
     : 16 %
K2 =
                 = 20%
3.      % Abnormal    :
K1=
     = 0 %
K2 =
                 = 18%



Ø Menghitung konsentrasi (kamar hitung)


28




25







10







23



20
Perhitungan
Ø  Jumlah total : (28+25+10+23+20) x  = 106 x
                                                                  = 1.060.000.000
Konsentrasi = 106 x x 0,9 = 954x106/ml
Ø  Morfologi
%  Normal       :
K1= 
                 = 97 %
K2 =
                 = 96 %
%  Kepal Putus :
K1= 
                 = 1 %
K2 =
                 = 3 %
%  Ekor Patah :
K1= 
                 = 2 %
K2 =
                 = 1 %
%  Ekor Menggulung  :
K1= 
 = 0 %
K2=
    = 0 %


1.3.  Pembahasan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kualitas semen yang dikoleksi baik secara pemeriksaan makroskopik maupun mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik yang dilakukan dilapangan atau pada saat setelah penampungan tidak diperlukan alat khusus atau tambahan karena evaluasi ini hanya menggunakan kemampuan mata dan alat indra lainnya. Pemeriksaan makroskopik yang terdiri dari volume semen kambing yang dimana volumenya diukur dengan cara mengamati skala yang tertera pada dinding tabung penampung  yang dimana hasil yang didapatkan yaitu untuk K1: 0,8 ml/ejakulasi dan K2: 0,9 ml/ejakulasi. Banyaknya volume semen berbeda menurut umur, bangsa, ukuran badan, kualitas pakan yang dikonsumsi dan frekuensi koleksi semen dan menurut Devendra dan Burns (1994) yaitu volume semen kambing bervariasi setiap penampungan sebesar 0,5 - 1,0 ml. Setelah mengukur volume dilanjutkan dengan pengamatan terhadap warna semen melalui tabung penampung semen yang terbuat dari gelas yang tembus pandang dan hasil yang didapatkan yaitu warna semen kambing tersebut berwarna krim, hal ini sesuai teori Evans dan Maxwell (1987), menyatakan bahwa warna semen segar pada kambing yang normal adalah putih susu sampai krem.dan setelah itu pemeriksaan bau semen dilakukan dengan cara mendekatkan hidung ketabung yang berisi semen sampai bau semen tercium dan mendapatkan hasil yaitu berbau khassesuai menurut teori Hunter (1982) dimana semen memiliki bau yang khas (spesifik).. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penentuan kekentalan (konsistensi atau viskositas) ini dilakukan untuk memperkirakan kepadatan atau konsentrasi sperma didalamnya dengan cara memiringkan tabung yang berisi semen tersebut kearah kiri atau kanan sambil mengamati pergerakan cairan semen didalam tabung yang dimana perpindahan cairan yang lambat akan menandakan semen tersebut cukup kental sedangkan apabila perpindahan cairan berjalan cepat  menandakan semen tersebut encer dan  setelah diamati akhirnya didapatkan hasilnya yaitu kekentalan sedang, semakin kental semen berarti semakin tinggi konsentrasi spermanya akan tetapi menurut pendapat Tambing dkk (2001) yang menyatakan bahwa konsistensi yang ada pada semen kambing rata-rata memiliki konsistensi kental. Dan yang terakhir dari pemeriksaan makroskopik yaitu pengukuran pH atau keasaman semen ini dilakukan untuk memastikan bahwa cairan semen hasil penampungan tersebut karakteristiknya normal, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kertas indicator pH yang hasilnya didapatkan yaitu pH: 7, hasil ini sesuai dengan pendapat Hafez (1987) yang menyatakan standar derajat keasaman semen kambing yang baik untuk dijadikan semen beku adalah 6,2 – 7,2 didukung juga dengan pendapat Partodihardjo (1992) yang menyatakan bahwa pH rata-rata pada semen kambing PE sekitar 7,0.
Selanjutnya pemeriksaan secara mikroskopik yaitu bertujuan untuk melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan alat bantu yang cukup lengkap. Pemeriksaan mikroskopik yang terdiri dari gerakan spermatozoa atau motilitas yang merupakan pemeriksaan dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran lensa 4 x 10 atau 10 x 10.yang dinyatakan secara komparatif, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dan perbedaan penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan. Dimana semen yang baru dikoleksi dan belum diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas  yang  terdiri dari gerakan massa yang merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma dalam semen dan dibawah pengamatan mikroskop  memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak bergerombolan dalam jumlah besar dan membentuk gelombang atau awan bergerak dan hasil pengamatan yang didapatkan yaitu untuk K1 diperoleh +3 dan untuk K2 diperoleh +3,sesuai menurut Suwarso (1999), gerakan massa semen kambing terlihat gelombang besar, hitam dan cepat memiliki skor +3 yaitu sangat baik. Gerakan individu untuk K1 diperoleh 3 (cukup) dan K2 diperoleh 3 (cukup). Konsentrasi spermatozoaviabilitas yaitu rasio sperma hidup atau mati, untuk sperma hidup untuk K1 diperoleh 84%, untuk K2 diperoleh 80%, sedangkan sperma mati untuk K1 diperoleh  sebanyak 16% untuk K2 diperoleh sebanyak 20%. Sedangkan hasil menghitung konsentrasi kamar hitung diperoleh hasil dengan konsentrasi 954x106/ml, akan tetapi menurut Evans dan Maxwell (1987), konsentrasi spermatozoa kambing yang normal berkisar antara 2.500 juta dan 5.000 juta sel/ejakulat..
Selanjutnya yaitu morfologi antara normalitas dan abnormalitas bentuk sperma. Untuk normalitas diperoleh K1 sebanyak 97%  sedangkan untuk K2 sebanyak 96% , untuk abnormalitas yang mana  terdiri dari kepala putus, bagian tengah (midpiece) patah dan ekor menggulung, berdasarkan hasil yang diperoleh untuk kepala putus K1: 1% dan K2: 3%, bagian tengah (midpiece) patah untuk K1: 2% dan K2: 1%, ekor menggulung untuk K1: 0% dan K2: 0%. Jadi total abnormalitas sebanyak 3% untuk K1 dan 4% untuk K2 dimana menurut Delgadillo (1992), persentase spermatozoa abnormal kambing yang sehat adalah sekitar 6-10%.
1.4.  Kesimpulan
Dilakukan evaluasi semen yaitu untuk menentukan kualitas semen dan tingkat reproduksi pejantan. Semakin  baik sperma, semakin keruh (putih susu/bening), pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kertas indicator pH yang hasilnya didapatkan yaitu pH: 7, motilitas yang terdiri dari pergerakan masa dan individu maka hasil pergerakan masa yang diperoleh K1 +3 dan untuk K2 diperoleh +3 sedangkan pergerakan individu untuk K1 diperoleh 3 (cukup) dan K2 diperoleh 3 (cukup), dan morfologi antara normalitas dan abnormalitas bentuk sperma. Untuk normalitas diperoleh K1 sebanyak 97%  sedangkan untuk K2 sebanyak 96% , untuk abnormalitas yang mana  terdiri dari kepala putus, bagian tengah (midpiece) patah dan ekor menggulung, berdasarkan hasil yang diperoleh untuk kepala putus K1: 1% dan K2: 3%, bagian tengah (midpiece) patah untuk K1: 2% dan K2: 1%, ekor menggulung untuk K1: 0% dan K2: 0%. Jadi total abnormalitas sebanyak 3% untuk K1 dan 4% untuk K2
1.5.  Saran
Diharapkan kepada Coast untuk lebih pelan dalam menjelaskan karena pada acara evaluasi semen ini terdiri dr banyak pembahasan sehingga praktikan sedikit kebingungan dalam penyusunan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Delgadillo, J.A,. B. Leboeuf and P. Chemineau. 1992. Abolition of Seasonal Variations in Semen Quality and Maintenance of Sperm Fertilizing Ability by Photoperiodic Cycles in Goats Bucks. Small Ruminant Research 9:44 – 59.
Devendra, C. dan M. Burns.1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.Terjemahan : I. D. K. Harya Putra. ITB. Bandung.
Evans, G and W.M.C. Maxwell. 1987. Salamon’s Atificial Insemination of Sheep and Goats. Butter Worth. London.
Hafez.E.S.E. 1987.Reproduction in Farm Animals, 5th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. 571 – 600.
Hunter, R.H.F. (1982). Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.ITB.Bandung.
Partodihardjo S. 1992. Ilmu Produksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Suwarso. 1999. Ilmu Reproduksi. Akademik Pressindo. Jakarta.
Tambing, S. N, M. Gazali. Dan B. Purwantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Kambing.Wartazoa Vol. 11, No. 1.











ACARA II PENGENCERAN DAN PEMBEKUAN


PENGENCERAN DAN PEMBEKUAN
1.1.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini praktikan dapat melakukan pengenceran semen agar dapat disimpan baik dalam bentuk semen cair (liquid) atau semen beku (frozen).

1.2.Hasil Praktikum
Gambar 3. Prosses pengenceran semen beku beky
 
Gambar 4. Hasil pembekuan semen yang disimpan pada kontainer
 
 



















1.3.Pembahasan
Pengenceran semen yaitu bertujuan untuk mengetahui berapa lama daya tahan hidup spermatozoa dan untuk mengetahui berapa lama spermatozoa yang dapat digunakan untuk inseminasi setelah perlakuan pengenceran. Syarat dari bahan pengencer yaitu murah namun berdaya preservasi tinggi mengandung unsur-unsur yang hampir sama dengan semen, mampu mempertahankan fertilisasi semen dan memungkinkan evaluasi sperma sesudah pengenceran hal ini sesuai dengan teori Toelihere (1981), syarat pengenceran yaitu murah, sederhana dan praktis dibuat, mengandung unsur yang hampir sama dengan sifat fisik dan kimiawi dengan semen, tidak mengandung racun, tetap mempertahankan dan tidak membatasi daya fertilisasi sperma dan memungkinkan dilakukannya penilaian sperma setelah pengenceran.Bahan pengencer semen merupakan bahan yang digunakan sebagai penyedia nutrisi bagi semen yang masih hidup  bahan yang digunakan dalam untuk pengenceran semen mempunyai kelebihan masing-masing. Disini kami menggunakan bahannya yaitu kuning telur yang dapat melindungi spermatozoa selama proses pendinginan dan pembekuan. Menurut arifiantini dan yusuf (2006), untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan pengencer seperti buffer dan krioprotektan yang dapat melindungi dan mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan dan thawing. Khasiat kuning telur terletak pada lipoprotein dan lecithin yang terkandung didalamnya dan berfungsi untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein spermatozoa.
Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup bertahun-tahun.Spermatozoa yang dibekukan dan disimpan pada suhu -79c.proses pembekuan semen meliputi cooling yang merupakan proses pembekuan semen setelah pengenceran. Cooling sampai 5c dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang telah diencerkan dalam bak air yang berisi air dan suhu yang digunakan dalam cooling sesuai dengan suhu inkubasi semen segar yakni 37c dan suhu 30c. prefreezing atau pembekuan awal dimana straw yang berisi semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm diatas permukaan nitrogen cair dan pembekuan berlangsung selama 10 menit. Freezing yang merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Pada proses ini straw direndam dengan suhu -196c dan volume N2 cair harus di control secara periodic karena jika kehabisan akan menaikkan suhu sehingga akan mematikan spermatozo, menurut toelihere (1993), pembekuan dapat menggunakan CO2 padat, cair dan nitrogen cair, pembekuan dengan N2 cair lebih sering digunakan karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka waktu yang lama.

1.4.Kesimpulan

1.5.Saran
Diharapkan kepada Coast untuk lebih pelan dalam menjelaskan karena pada acara evaluasi semen ini terdiri dr banyak pembahasan sehingga praktikan sedikit kebingungan dalam penyusunan laporan.



DAFTAR PUSTAKA
Toelihere, M. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak.CV. Angkasa, Bandung
Toelihere, M. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. CV. Angkasa. Bandung.
Arifiantini dan T. L. Yusuf. 2006. Keberhasilan menggunakan tiga bahan pengencer dalam dua jenis kemasan pada proses pembekuan semen sapi frisien Holstein. Majalah Ilmiah Peternakan 9 (3) : 89-98


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM-MACAM IDENTIFIKASI PADA TERNAK SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA

MAKALAH PRODUKSI TERNAK PERAH MACAM-MACAM IDENTIFIKASI PADA TERNAK SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA OLEH : NAMA   : JUNALDI SUPRIANTO M NIM        : B1D 017 138 KELAS : 5B1 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2019 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Produksi Ternak Perah tepat pada waktunya. Ucapan   terima kasih juga kami sampaikan untuk dosen pengampu yaitu Bapak Muhammad Dohi, M.Si yang senantiasa telah memberikan materi tentang Ilmu Produksi Ternak Perah, serta teman-teman sekalian. Penulis sangat berterima kasih sebanyak-banyaknya jika ada kritik dan saran yang akan membangun dan memperbaiki tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya. Mataram, 1...