ACAR
I KOLEKSI (PENAMPUNGAN) SEMEN
KOLEKSI
(PENAMPUNGAN) SEMEN
1.1.Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini agar
praktikan mengetahui cara penampungan semen dengan vagina buatan dan
mendapatkan semen yang segar yang kualitasnya baik agar dapat diproses lebih
lanjut.
1.2.Hasil Praktikum


(a) (b)
Gambar
1. Penampungan semen segar (a)Sample K1 (b)Sample K2
Dari
hasil penampungan semen kambing yang telah dilakukan, didapatkan sperma kambing
dengan volume K1 sebanyak 0,9 ml/ejakulasi dan K2 sebanyak 0,8 ml/ejakulasi.
1.3.Pembahasan
Pada
praktikum yang telah dilaksanakan secara langsung dilapangan dengan menggunakan
hewan ternak kambing jantan dengan nomor
IDK1 untuk kambing pejantan 1dan K2 untuk kambing jantan ke 2, sedangkan
kambing betina sebagai pemancing yang terikat dikandang jepit. Seleksi pejantan
salah satunya yaitu dengan melihat tingkah laku seksualnya (sexual behavior),
karena ini berpengaruh pada kemampuan reproduksi dan kualitas semennya. Menurut
Herwijanti (2004),tingkah laku seksual pada pejantan dapat mempengaruhi
produksi semen. Dimana penampungan semen adalah suatu upaya yang dilakukan
kolektor untuk mendapatkan semen dari seekor pejantan secara sengaja dan bertujuan untuk memperoleh semen yang banyak
dan kualitas yang baik untuk keperluan inseminasi buatan sesuai menurut
Sufyanhadi (2012), tujuan dari penampungan semen adalah untuk memperoleh semen
yang jumlahnya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk
keperluan inseminasi buatan. Inseminasi buatan didefinisikan sebagai proses
memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat
inseminasi. Proses secara luas mencakup penampungan semen, evaluasi semen dan
pengenceran semen. Sesuai menurut hafez
dan bellin, (2000) mengatakan bahwa proses inseminasi buatan mencakup
penampungan semen, pengenceran dan pengawetan sampai pada deposisi semen
kedalam saluran reproduksi betina.
penampungan
ini dilakukan dengan metode vagina buatan yaitu alat yang digunakan untuk
menampung spermatozoa dimana alat tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina
asli dari ternak tersebut. Vagina buatan yang akan digunakan diolesi Vaseline
agar vagina buatan menjadi licin dan menggunakan air panas.Suhu air panas yang
digunakan adalah 42-45 ᵒC. kambing jantan dibiarkan menaiki atau penunggangan
semu 2 sampi 3 kali pada pemancing yaitu kambing betina, apabila cukup
terangsang pada saat penunggangan dan penisnya keluar, kemudian diarahkan
penisnya kedalam vagina buatan sampai terlihat dorongn kuat yang menandakan
kambing telah berejakulasi dengan memegang prepusiumnya.Kelebihan dari
penampungan menggunakan vagina buatan ini yaitu karena metode penampungan ini
merupakan modifikasi dari perkawinan alam.Kambing jantan dibiarkan menaiki pemancing yaitu
kambing betina dan semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik,
maksimal dan spontan keluar. Struktur
dari vagina buatan ini adalah lapisan luar yang terbuat dari bahan plastic atau
karet, lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut karena
lapisan ini adalah tempat masuknya penis sehingga tidak menyebabkan iritasi
pada penis, saluran tempat masuknya air dan udara, selongsong penampung dan
tabung yang digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong.
Vagina buatan lebih mudah dilakukan dan tidak perlu keahlian khusus sehingga
mudah diterapkan dibandingkan metode lain, sehingga untuk mendapatkan semen
segar yang berkualitas maka metode vagina buatan harus diterapkan dan
dikembangkan guna meningkatkan bibit unggul dan populasi ternak sehingga mampu
memenuhi permintaan pasar.
Pada
penampungan yang telah dilakukan maka diperolehlah jumlah semen untuk kode
kambing K1 sebanyak 0,9 ml/ejakuklasi sedangkan uantuk kode kambing K2 sebanyak
0,8 ml/ejakulasi. Semen yang diperoleh tersebut ditutup dengan alumunium foil
kemudian dimasuki ke dalam boks Styrofoam putih, dan segera dibawa ke
laboratorium agar dapat dilakukan penanganan selanjutnya.
1.4.Kesimpulan
Metode
penampungan dengan menggunakan vagina buatan lebih sering dan umum digunakan di
lapangan karena kualitas semen yang didapatlebih baik dan tidak tercampur
dengan urin atau minimalisir human eror.sehingga pada praktikum ini kami memperoleh hasil semen pada kambing
dengan kode K1 sebanyak 0,9 ml/ejakulasi dan kambing dengan kode K2 sebanyak
0,8/ejakulasi.
1.5 Saran
Diharapkan kepada Fakulas Peternakan untuk melengkapi fasilitas
praktikum, kepada coast sudah baik dalam penyampaian materi maupun dalam
memperaktikan cara pengambilan semen dengan VB (vagina buatan) sehingga
praktikan muda dalam praktik, dan kepada praktikan untuk lebih tepat waktu
sebelum praktikum dimulai sehingga tidak ada yang telat pada saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hafez and M.E. Bellin. 2000. Semen
evaluation reproduction in farm animals. 7hed. Newyork. London.
Herwijanti, E. 2004.Pengaruh tingkah
laku seksual terhadap kualitas semen pada berbagai bangsa sapi potong. Tesis
program studi ilmu ternak. Program pasca sarjana, universitas brawijaya.
Malang.
Sufyanhadi.
2012. Metode penampungan semen. http://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif
/metode/metode-penampungan-semen.Diakses 8 juli 2019
.
ACARA II EVALUASI (PENILAIAN) SEMEN
EVALUASI
(PENILAIAN) SEMEN
1.1. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum ini agar praktikan dapat menilai kualitas semen segar yang
ditampung melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
1.2. Hasil Praktikum
a.
Pengamatan Makroskopis
Tabel1.
Hasil Pengamatan Secara Makroskopis Terhadap Semen Kambing
Sample
|
Volume
(ml/ejakulasi)
|
Warna
|
Skor
|
Tingkat
Kekentalan
|
pH
|
Bau
|
K1
|
0,9
|
Krem
|
5
|
Kental
|
7
|
Khas
sperma
|
K2
|
0,8
|
Krem
|
5
|
Kental
|
7
|
Khas
sperma
|
b.
Pengamatan Mikroskopis

Gambar
2. Gambar Sperma secara mikroskopis
Pada pengamatan secara mikroskopis
dilakukan pengamatan terhadap sperma kambing yaitu pengamatan pergerakan masa,
pengamatan pergerakan individu pemeriksaan konsentrasi sperma, persentase
sperma hidup/mati dan morfologi sperma. Adapun hasil yang didapatkan dari
pengamatan tersebut adalah sebagai berikut;
Tabel
2. Pengamatan Mikroskopis
Sampel
|
Pergerakan
masa
|
Pergerakan
individu
|
K1
|
+3
|
3
|
K2
|
+3
|
3
|
Ø Perhitungan
Viabilitas (Daya Hidup)
1.
% Hidup : 

K1= 

= 84 %
K2 = 

= 80 %
2.
% Mati :

K1: 

: 16 %
K2 = 

= 20%
3.
% Abnormal :

K1= 

= 0 %
K2 = 

= 18%
Ø Menghitung
konsentrasi (kamar hitung)
28
|
|
|
|
25
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
23
|
|
|
|
20
|
Perhitungan
Ø Jumlah
total : (28+25+10+23+20) x
= 106 x 
= 1.060.000.000


= 1.060.000.000
Konsentrasi
= 106
x
x 0,9 = 954x106/ml

Ø Morfologi
%
Normal : 

K1= 

= 97 %
K2 = 

= 96 %
% Kepal Putus : 

K1= 

= 1 %
K2 = 

= 3 %
% Ekor Patah
: 

K1= 

= 2 %
K2 = 

= 1 %
% Ekor
Menggulung : 

K1= 

= 0 %
K2= 

= 0 %
1.3. Pembahasan
Evaluasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kualitas semen yang dikoleksi
baik secara pemeriksaan makroskopik maupun mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik
yang dilakukan dilapangan atau pada saat setelah penampungan tidak diperlukan
alat khusus atau tambahan karena evaluasi ini hanya menggunakan kemampuan mata
dan alat indra lainnya. Pemeriksaan makroskopik yang terdiri dari volume semen
kambing yang dimana volumenya diukur dengan cara mengamati skala yang tertera
pada dinding tabung penampung yang
dimana hasil yang didapatkan yaitu untuk K1: 0,8 ml/ejakulasi dan K2: 0,9
ml/ejakulasi. Banyaknya volume semen berbeda menurut umur, bangsa, ukuran
badan, kualitas pakan yang dikonsumsi dan frekuensi koleksi semen dan menurut
Devendra dan Burns (1994) yaitu volume semen kambing bervariasi setiap
penampungan sebesar 0,5 - 1,0 ml. Setelah mengukur volume dilanjutkan dengan
pengamatan terhadap warna semen melalui tabung penampung semen yang terbuat
dari gelas yang tembus pandang dan hasil yang didapatkan yaitu warna semen
kambing tersebut berwarna krim, hal ini sesuai teori Evans dan Maxwell (1987),
menyatakan bahwa warna semen segar pada kambing yang normal adalah putih susu
sampai krem.dan setelah itu pemeriksaan bau semen dilakukan dengan cara
mendekatkan hidung ketabung yang berisi semen sampai bau semen tercium dan
mendapatkan hasil yaitu berbau khassesuai
menurut teori Hunter (1982) dimana semen memiliki bau yang khas (spesifik)..
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penentuan kekentalan (konsistensi atau
viskositas) ini dilakukan untuk memperkirakan kepadatan atau konsentrasi sperma
didalamnya dengan cara memiringkan tabung yang berisi semen tersebut kearah
kiri atau kanan sambil mengamati pergerakan cairan semen didalam tabung yang
dimana perpindahan cairan yang lambat akan menandakan semen tersebut cukup
kental sedangkan apabila perpindahan cairan berjalan cepat menandakan semen tersebut encer dan setelah diamati akhirnya didapatkan hasilnya
yaitu kekentalan sedang, semakin kental semen berarti semakin tinggi
konsentrasi spermanya akan tetapi menurut pendapat Tambing dkk (2001) yang
menyatakan bahwa konsistensi yang ada pada semen kambing rata-rata memiliki
konsistensi kental. Dan yang terakhir dari pemeriksaan makroskopik yaitu
pengukuran pH atau keasaman semen ini dilakukan untuk memastikan bahwa cairan
semen hasil penampungan tersebut karakteristiknya normal, pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan kertas indicator pH yang hasilnya didapatkan yaitu
pH: 7, hasil ini sesuai dengan pendapat Hafez (1987) yang menyatakan standar
derajat keasaman semen kambing yang baik untuk dijadikan semen beku adalah 6,2
– 7,2 didukung juga dengan pendapat Partodihardjo (1992) yang menyatakan bahwa
pH rata-rata pada semen kambing PE sekitar 7,0.
Selanjutnya
pemeriksaan secara mikroskopik yaitu bertujuan untuk melihat kondisi semen
lebih dalam lagi serta memerlukan alat bantu yang cukup lengkap. Pemeriksaan
mikroskopik yang terdiri dari gerakan spermatozoa atau motilitas yang merupakan
pemeriksaan dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran lensa 4 x 10 atau 10 x
10.yang dinyatakan secara komparatif, sehingga memungkinkan terjadinya
kesalahan dan perbedaan penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan. Dimana semen
yang baru dikoleksi dan belum diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas yang
terdiri dari gerakan massa yang merupakan petunjuk derajat keaktifan
bergerak sperma dalam semen dan dibawah pengamatan mikroskop memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak
bergerombolan dalam jumlah besar dan membentuk gelombang atau awan bergerak dan
hasil pengamatan yang didapatkan yaitu untuk K1 diperoleh +3 dan untuk K2 diperoleh
+3,sesuai menurut Suwarso (1999), gerakan massa semen kambing terlihat
gelombang besar, hitam dan cepat memiliki skor +3 yaitu sangat baik. Gerakan
individu untuk K1 diperoleh 3 (cukup) dan K2 diperoleh 3 (cukup). Konsentrasi
spermatozoaviabilitas yaitu rasio sperma hidup atau mati, untuk sperma hidup
untuk K1 diperoleh 84%, untuk K2 diperoleh 80%, sedangkan sperma mati untuk K1
diperoleh sebanyak 16% untuk K2
diperoleh sebanyak 20%. Sedangkan hasil menghitung konsentrasi kamar hitung
diperoleh hasil dengan konsentrasi 954x106/ml,
akan tetapi menurut Evans dan Maxwell (1987), konsentrasi spermatozoa kambing
yang normal berkisar antara 2.500 juta dan 5.000 juta sel/ejakulat..
Selanjutnya
yaitu morfologi antara normalitas dan abnormalitas bentuk sperma. Untuk
normalitas diperoleh K1 sebanyak 97%
sedangkan untuk K2 sebanyak 96% , untuk abnormalitas yang mana terdiri dari kepala putus, bagian tengah
(midpiece) patah dan ekor menggulung, berdasarkan hasil yang diperoleh untuk
kepala putus K1: 1% dan K2: 3%, bagian tengah (midpiece) patah untuk K1: 2% dan
K2: 1%, ekor menggulung untuk K1: 0% dan K2: 0%. Jadi total abnormalitas
sebanyak 3% untuk K1 dan 4% untuk K2 dimana menurut Delgadillo (1992),
persentase spermatozoa abnormal kambing yang sehat adalah sekitar 6-10%.
1.4. Kesimpulan
Dilakukan evaluasi
semen yaitu untuk menentukan kualitas semen dan tingkat reproduksi pejantan.
Semakin baik sperma, semakin keruh
(putih susu/bening), pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan kertas indicator pH yang hasilnya didapatkan yaitu pH: 7, motilitas
yang terdiri dari pergerakan masa dan individu maka hasil pergerakan masa yang
diperoleh K1 +3 dan untuk K2 diperoleh +3 sedangkan pergerakan individu untuk
K1 diperoleh 3 (cukup) dan K2 diperoleh 3 (cukup), dan morfologi antara
normalitas dan abnormalitas bentuk sperma. Untuk normalitas diperoleh K1
sebanyak 97% sedangkan untuk K2 sebanyak
96% , untuk abnormalitas yang mana
terdiri dari kepala putus, bagian tengah (midpiece) patah dan ekor
menggulung, berdasarkan hasil yang diperoleh untuk kepala putus K1: 1% dan K2:
3%, bagian tengah (midpiece) patah untuk K1: 2% dan K2: 1%, ekor menggulung
untuk K1: 0% dan K2: 0%. Jadi total abnormalitas sebanyak 3% untuk K1 dan 4%
untuk K2
1.5. Saran
Diharapkan kepada Coast untuk lebih
pelan dalam menjelaskan karena pada acara evaluasi semen ini terdiri dr banyak
pembahasan sehingga praktikan sedikit kebingungan dalam penyusunan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Delgadillo, J.A,. B. Leboeuf and P.
Chemineau. 1992. Abolition of Seasonal Variations in Semen Quality and
Maintenance of Sperm Fertilizing Ability by Photoperiodic Cycles in Goats
Bucks. Small Ruminant Research 9:44 – 59.
Devendra, C. dan M. Burns.1994. Produksi
Kambing di Daerah Tropis.Terjemahan : I. D. K. Harya Putra. ITB. Bandung.
Evans, G and W.M.C. Maxwell. 1987.
Salamon’s Atificial Insemination of Sheep and Goats. Butter Worth. London.
Hafez.E.S.E. 1987.Reproduction in Farm
Animals, 5th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. 571 – 600.
Hunter, R.H.F. (1982). Fisiologi dan
Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.ITB.Bandung.
Partodihardjo S. 1992. Ilmu Produksi
Hewan. Mutiara, Jakarta.
Suwarso.
1999. Ilmu Reproduksi. Akademik Pressindo. Jakarta.
Tambing, S. N, M. Gazali. Dan B.
Purwantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak
Kambing.Wartazoa Vol. 11, No. 1.
ACARA II PENGENCERAN DAN PEMBEKUAN
PENGENCERAN DAN PEMBEKUAN
1.1.Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan praktikum ini praktikan dapat melakukan pengenceran semen agar dapat
disimpan baik dalam bentuk semen cair (liquid) atau semen beku (frozen).
1.2.Hasil
Praktikum
![]() |
||||||||
|
||||||||
![]() |
||||||||
|
1.3.Pembahasan
Pengenceran semen yaitu bertujuan untuk mengetahui
berapa lama daya tahan hidup spermatozoa dan untuk mengetahui berapa lama
spermatozoa yang dapat digunakan untuk inseminasi setelah perlakuan
pengenceran. Syarat dari bahan pengencer yaitu murah namun berdaya preservasi
tinggi mengandung unsur-unsur yang hampir sama dengan semen, mampu
mempertahankan fertilisasi semen dan memungkinkan evaluasi sperma sesudah
pengenceran hal ini sesuai dengan teori Toelihere (1981), syarat pengenceran
yaitu murah, sederhana dan praktis dibuat, mengandung unsur yang hampir sama
dengan sifat fisik dan kimiawi dengan semen, tidak mengandung racun, tetap
mempertahankan dan tidak membatasi daya fertilisasi sperma dan memungkinkan
dilakukannya penilaian sperma setelah pengenceran.Bahan pengencer semen
merupakan bahan yang digunakan sebagai penyedia nutrisi bagi semen yang masih
hidup bahan yang digunakan dalam untuk
pengenceran semen mempunyai kelebihan masing-masing. Disini kami menggunakan
bahannya yaitu kuning telur yang dapat melindungi spermatozoa selama proses
pendinginan dan pembekuan. Menurut arifiantini dan yusuf (2006), untuk
menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan pengencer
seperti buffer dan krioprotektan yang dapat melindungi dan mempertahankan
kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan dan thawing. Khasiat
kuning telur terletak pada lipoprotein dan lecithin yang terkandung didalamnya
dan berfungsi untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung
lipoprotein spermatozoa.
Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup
bertahun-tahun.Spermatozoa yang dibekukan dan disimpan pada suhu -79c.proses
pembekuan semen meliputi cooling yang merupakan proses pembekuan semen setelah
pengenceran. Cooling sampai 5c dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang
berisi semen yang telah diencerkan dalam bak air yang berisi air dan suhu yang
digunakan dalam cooling sesuai dengan suhu inkubasi semen segar yakni 37c dan
suhu 30c. prefreezing atau pembekuan awal dimana straw yang berisi semen diatur
pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm diatas
permukaan nitrogen cair dan pembekuan berlangsung selama 10 menit. Freezing
yang merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan
fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Pada
proses ini straw direndam dengan suhu -196c dan volume N2 cair harus di control
secara periodic karena jika kehabisan akan menaikkan suhu sehingga akan
mematikan spermatozo, menurut toelihere (1993), pembekuan dapat menggunakan CO2
padat, cair dan nitrogen cair, pembekuan dengan N2 cair lebih sering digunakan
karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka waktu yang
lama.
1.4.Kesimpulan
1.5.Saran
Diharapkan
kepada Coast untuk lebih pelan dalam menjelaskan karena pada acara evaluasi
semen ini terdiri dr banyak pembahasan sehingga praktikan sedikit kebingungan
dalam penyusunan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Toelihere, M. 1981.
Inseminasi Buatan Pada Ternak.CV. Angkasa, Bandung
Toelihere, M. 1993.
Inseminasi Buatan pada Ternak. CV. Angkasa. Bandung.
Arifiantini dan T. L. Yusuf. 2006.
Keberhasilan menggunakan tiga bahan pengencer dalam dua jenis kemasan pada
proses pembekuan semen sapi frisien Holstein. Majalah Ilmiah Peternakan 9 (3) :
89-98
Komentar
Posting Komentar