A.
Pendahuluan
Pemanfaatan kulit Sapi untuk kepentingan manusia
itu berjalan searah dengan perkembangan
peradaban manusia. Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak,
maka kulit merupakan produk yang
memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.
Berat kulit pada sapi, kambing
dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar
10-15% dari harga ternak.
Kulit ternak
menurut bahasa adalah lapisan luar dari tubuh ternak.Sedangkan menurut istilah
adalah organ terbesar dari tubuh yang menutupi daging dimana kulit menjadi
tempat tumbuhnya bulu-bulu/ rambut dari ternak.Kulit merupakan lapisan yang
paling luar dari tubuh ternak dan berfungsi sebagai pelindung tubuhnya. Secara
histologi kulit diartikan sebagai organ tubuh yang tersusun dari jaringan
epitel, jaringan ikat dan jaringan lain yang terdapat dalam kulit, misalnya
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan pembuluh darah kapiler. Kulit merupakan
jaringan pengikat suatu mahluk hidup yang berperan dalam melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan luar.Kulit bersifat impermiabel terhadap air, larutan dan
mikroganisme.Syaraf dalam kulit merupakan reseptor dari sentuhan (tekanan,
panas, dingin dan stimulasi rasa sakit).
Pada ternak
hidup, kulit mempunyai banyak fungsi antyara lain sebagai alat perasa,
pelindung jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhui tubuh, tempat
sintesis vitamin D, alat gerak pada ular, alat pernapasan pada amfibi, dan
tempat menyimpan cadangan energi terutama pada domba dan babi. Fungsi utama
kulit adalah melindungi kerusakan dan infeksi mikroba jaringan yang ada di
bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit akan kehilangan fungsinya, dan menjadi
hasil ikutan yang akan segera turun kualitasnya bila tidak segera disamak atau
diawetkan.
B. Pengolahan
Kulit Ternak & Pemanfaatan Kulit Ternak
1. Pengawetan pada Kulit Mentah
Pengawetan
kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu cara atau proses untuk mencegah
terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen dalam jaringan kulit. Prinsip pengawetan kulit adalah menciptakan
kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme perusak
kulit. Hal tersebut dilakukan dengan
menurunkan kadar air sampai tingkat serendah mungkin dengan batas tertentu
sehingga mikroorganisme tidak mampu untuk tumbuh (± 5-10%).
Secara
umum proses pengawetan kulit mentah yang dikenal di Indonesia terdiri atas 4
macam, yakni :
a.
Pengawetan
dengan cara pengeringan + zat kimia
b.
Pengawetan
dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringan
c.
Pengawetan
dengan cara garam basah
d.
Pengawetan
dengan cara pengasaman (pickling)
e.
Pengawetan
dengan cara pengeringan + zat kimia
2. Teknologi
Penyamakan Kulit
Penyamakan
kulit merupakan suatu proses untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang
bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan biologis) menjadi
kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa disebut kulit tersamak
(leather). Ada 4 jenis penyamakan yang dikenal yaitu:
a. Penyamakan mineral
Jenis
bahan penyamak yang sering digunakan dalam penyamakan ini antara lain yang
berasal dari golongan aluminium seperti tawas putih (K2SO4 Al2(SO4)3 24 H2O),
golongan chrome seperti Cr2O3 (produk komersial dengan merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Produk kulit jadi (leather) yang biasa
dihasilkan melalui penyamakan ini antara
lain : kulit untuk bahan jaket, tas kantor, sepatu dan lap (chamois).
b. Penyamakan nabati
Jenis
bahan penyamak yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti akar, batang dan
daun. Prinsipnya bahwa semua
tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin
dapat digunakan. Contoh tumbuhan
yang sering digunakan antara lain : mahoni, pisang, teh, akasia, bakau. Tumbuhan yang mengandung tannin dicirikan
oleh rasa yang sepat dan reaksi dengan besi seperti pisau menghasilkan warna
ungu kehitaman. Produk kulit jadi yang
dihasilkan adalah sepatu sol (sepatu kerja/sepatu militer/polisi).
c. Penyamakan sintetis
Penyamakan
sintetis menggunakan bahan-bahan dari golongan fenol yang telah dibesarkan
molekulnya melalui proses sulfonasi dan kondensasi. Produk komersial dijual dengan merek
Basyntan, Irgantan dan Tanigan. Tujuan
yang diharapkan dari penyamakan ini adalah memperoleh kulit jadi dengan
menampilkan kesan aslinya. Seperti kulit
reptil (ular, buaya biawak) maupun pada kulit kaki ayam. Melalui teknik
penyamakan ini relief (rajah) khas yang dimiliki masing-masing kulit tetap dipertahankan
dan akan tetap tampak sebagai suatu seni (art) tersendiri.
d. Penyamakan minyak
Jenis
bahan penyamak yang digunakan adalah berasal dari minyak ikan salah satu
contohnya adalah minyak ikan hiu. Dalam
perdagangan biasa dikenal dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang digunakan memiliki ikatan C
rangkap atau bilangan yodium berkisar 80-120.
Produk kulit jadi yang dihasilkan
misalnya kulit bulu (zemleer).
3. Hasil-hasil Olahan Kulit untuk Pangan dan Non
Pangan
a. Hasil olahan kulit untuk pangan
Hasil olahan yang
berasal dari kulit yang dapat dikonsumsi manusia dapat berupa kerupuk kulit dan
gelatin. Sampai saat ini produk kerupuk kulit sudah banyak dikonsumsi oleh
masyarakat baik yang berasal dari ternak besar maupun yang berasal dari unggas
(ayam).
b. Hasil olahan kulit untuk non pangan
Hasil olahan kulit
dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit tersamak (leather)
melalui proses penyamakan. Beberapa
jenis produk leather yang kita kenal adalah sebagai berikut :
a.
Kulit sol
b.
Kulit vache
c.
Kulit raam
d.
Kulit box
e.
fahl
f.
Kulit tahan air
g.
Kulit nubuk dan velour
h.
Kulit chevrette
i.
Kulit blank
j.
Kulit vachet
k.
Kulit mebel
l.
Kulit halus
m.
Kulit reptil dan
kulit ikan
n.
Kulit ban mesin
o.
Kulit manchet
p.
Kulit tekstil
q.
Kulit pelindung kerja
r.
Kulit sarung tangan
s.
Kulit pakaian.
Komentar
Posting Komentar