Langsung ke konten utama

Laporan Ternak ruminansia (pengamatan bahan makanan)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelsaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik mau pun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas akhir dari praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik serta saran untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia.Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Mataram



                                                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................   iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan.......................................................................... 2
1.2.1.Tujuan Praktikum......................................................................... 2
1.2.2. Kegunaan Praktikum.................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia............................................... 3
2.2. Peran Mikroba Dalam Rumen Ternak Ruminansia.............................. 4
2.3. Gambaran Umum Ternak Kambing..................................................... 5
2.4. Sistem Pencernaan Ternak Kambing................................................... 6
2.5. Organ Saluran Pencernaan Kambing................................................... 7
BAB III MATERI DA METODE PRAKTIKUM.......................................... 9
3.1. Waktu dan Tempat.............................................................................. 9
3.2. Alat dan Bahan.................................................................................... 9
3.3. Metode Praktikum............................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 11
4.1. HASIL PRAKTIKUM...................................................................... 11
4.1 PEMBAHASAN................................................................................ 12
BAB V KESIMPULAN................................................................................. 21
4.1. KESIMPULAN................................................................................. 21
4.2. SARAN.............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23


DAFTAR GAMBAR
4.1.1 Bahan Pakan............................................................................................ 11
4.1.2 Organ Pencernaan tampak luar Ruminansia............................................ 11
4.1.3 Organ pencernaan tampak dalam Ruminansia......................................... 12

BAB I
  PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Ternak ruminansia merupakan ternak yang mempunyai lambung lebih dari satu (poligastrik) dan proses pencernaannya mengalami ruminasi. Salah satu keunggulan ternak ruminansia adalah mampu memanfaatkan Nitrogen yang bukan berasal dari protein untuk membentuk protein seperti Non Protein Nitrogen (NPN).
Pencernaan merupakan proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam saluran pencernaan. Perubahan tersebut berupa penghalusan pakan menjadi partikel-partikel kecil atau penguraian molekul besar menjadi molekul kecil. Proses pencernaan melibatkan tenaga mekanik, seperti mastikasi atau kontraksi otot dalam saluran pencernaan, aksi kimia (HCl dalam abomasums dan cairan empedu dalam usus halus ) atau aktivitas enzim dari enzim-enzim yang dihasilkan dalam saluran pencernaan atau enzim – enzim dari mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan.
Hewan berlambung ganda seperti ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama).Sistem pencernaannyadisebut pollygastric system. Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.
Ruminansia memiliki sistem pencernaan yang unik yaitu terletak pada lambung yang terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Dengan kondisi lambung tersebut ruminansia mempunyai kapasitas daya tampung sebesar 150-200 liter (pada sapi) dan volume lambung ini sudah meliputi 70% dari total volume seluruh saluran pencernaan, sedangkan jika dibandingkan dengan hewan lambung tunggal (monogastrik) lambung hanya meliputi 20% dari Total saluran pencernaan. Saluran pencernaan ternak ruminansia terdiri dari mulut, esophagus,lambung (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus (small colon), usus besar (large colon), rectum, anus.


1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1. Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui berbagai jenis bahan pakan ternak ruminansia
2.      Untuk mengetahui organ pencernaan ternak ruminansia.
1.2.2. Kegunaan Praktikum
1.      Agar mengetahui berbagai jenis bahan pakan ternak ruminansia
2.      Agar mengetahui organ pencernaan ternak ruminansia.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Ruminansia adalah suatu forugut fermenterYaitu bagian kardiak lambungnya telah berkembang membentuk ruang-ruang terpisah yang pHnya mendekati netral dan makanan yang dicerna digerakkan oleh aliran dari mulut ke anus. Bagian-bagian ini merupakan habitat ideal bagi berbagai macam mikroba (Frandson,1992).
Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang mempunyai tiga ruangan yaitu rumen, retikulum, dan omasum. ( Tillman et all,.1984)
Rumen dan reticulum sering dipandang sebagai organ tunggal, disebut sebagai retikulorumen, yang merupakan tempat terjadinya pencernaan fermentative.Retikulum ini mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut (Arora, 2005 ).
Ingesta yang telah halus didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba. Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa, dan fungi (McDonald et al. 1981 ).
Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak kambing yang menghubungkan retikulorumen dan abomasums. Abomasum merupakan bagian keempat yang disebut juga perut sejati ( Arora, 2005 ).
Dengan demikian ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi ( Tillman et al. ,1984 ).
 Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain : produk fermentasi mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein nitrogen seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain : banyak energi yang terbuang sebagai gas methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3 ( amonia ) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap ketosis atau keracunan asam. (Arora, 2005)
Langkah-langkah dalam sistem digesti meliputi, mekanis, biologis dan enzimatis. Sistem mekanis dilakukan dengan prehension, reinsalivasi, dan remastikasi serta redeglutisi. Didalamrumen terdapat mikroflora rumen yang berfungsi untuk mencerna selulose dan hemisellulose menjadi VFA, CO2, CH4 dan energi panas. Fungsi lain dari organisme rumen adalah sebagai sumber energi, sumber asam amino, dan sintesis vitamin B. Sistem digesti juga dibantu oleh glandula salivapancreas dan hati merupakan kelenjar tambahan (Tillman,. At al, 1984).

2.2    Peran Mikroba Dalam Rumen Ternak Ruminansia
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Soetanto. 1994).
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Arora, 2005).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Arora, 2005).
Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. (Soetanto. 1994)
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak ruminansia. Sekitar 47 sampai 71 persen dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba (Arora 2005).

2.3    Gambaran Umum Ternak Kambing
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana (Anonim, 2005).
Menurut Zafal (2009), dalam perkembanganya,tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan produk utamanya yaitu :
1.      Tipe potong
2.      Tipe perah
3.      Tipe dwiguna(gabungan tipe potong dan perah)
4.      Tipe bulu atau kulit bulu.
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang menduduki tempat tersendiri di kalangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.Peran ternak ruminansia kecil ini telah memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kesehatan dan gizi berjuta-juta penduduk di Negara-negara berkembang, terutama mereka yang masih di bawah garis kemiskinan (Sarwono, 2008).
Kambing tergolong hewan pemamah biak, berkuku genap, dan bertanduk sepasang menggantung. Hampir semua jenis kambing merupakan hewan pegunungan yang suka hidup di lereng-lereng curam.Kambing mempunyai kebiasaan makan sambil berdiri dan gemar sekali mencari hijauan daun-daun (Sarwono, 2008).
Dalam klasifkasi biologis, kambing digolongkan dalam kelompok binatang menyusui, suku ruminansia (binatang pemamah biak), anak suku kambing-kambingan (Caprinae). Kelompok anak suku itu masih dibagi-bagi lagi dalam kelompok yang lebih kecil, yakni terbagi dalam 5 tribe (rumpun) dan 11 genus (marga atau induk jenis).Kambing yang tersebar di alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kambing liar dan kambing ternak (Sarwono, 2008).
Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia kecil yang berbeda sifat biologinya. Sebagai perbandingan bahwa kambing jinak Capra aegagrus hircus dan domba jinak Ovis ammon aries adalah hewan ternak yang masing-masing mempunyai perbedaan sifat biologis (Sarwono, 2008).
Kambing dewasa terdapat janggut pada dagu terutama jantan dan pangkal ekornya mengeluarkan kelenjar “bandot” dengan bau yang khas, sedangkan domba tidak demikian.Tengkorak domba mempunyaitulang air mata dan di dekat kotak matanya terdapat kelenjar praeorbital, sedangkan pada tengkorak kambing tida ada (Sarwono, 2008).

2.4    Sistem Pencernaan Ternak Kambing
Sistem pencernaan kambing merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan cecum dan usus yang besar.  Hal ini memungkinkan kambing dapat makan dan memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.  Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda.Kambing termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat merncerna serat-serat secara baik.Ia memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di cecum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran perncernaannya (Etawafarm, 2011).
Kambing juga memiliki empat buah lambung terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi (Anonim, 2011).
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Sarwono, 2008).
Walaupun memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni.Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun mungkin hanya 10% (Etawafarm, 2011).

2.5    Organ Saluran Pencernaan Kambing
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus),proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian (Arora, 2005).
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus (Kartadisastra, 1997). Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Hasil fermentasi inilah yang menjadi sumber energi utama (Soetanto. 1994).
























BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Peraktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 21 Mei 2019 di Technikal Farm Lingsar, Narmada, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat praktikum
1.   kamera hp
2.   cutter
3.2.2 Bahan Praktikum
1.   Bahan pakan berserat
2.   Bahan pakan sumber energy
3.   Bahan pakan sumber mineral
4.   Bahan pakan sumber protein
5.   Organ saluran pencernaan ternak ruminansia (kambing).
3.3 Metode Praktikum
3.3.1 Metode praktik untuk bahan pakan:
1.      Memperkenalkan berbagai bahan pakan sumber energy, sumber protein, pakan sumber serat, dan pakan sumber mineral
2.      Mencari di referensi kandungan nutrisi masing-masing bahan pakan yang diamati.

3.3.2 Metode praktik untuk Organ saluran pencernaan ternak ruminansia (kambing):
1.      Mengamati dan ambil gambar bagian luar organ saluran pencernaan ternak ruminansia.
2.      Mengamati dan ambil gambar organ bagian dalam saluran pencernaan ternak ruminansia, serta beri nama masing-masing organ
3.      Membandingkan ukuran volume rumen dan abomasum
4.      Mengamati permukaan bagian dalam dari masing-masing kompartemen lambung depan tersebut.
5.      Mengukur pH cairan pada masing-masing kompartemen lambung.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bahan Pakan
Bahan pakan: jerami padi, lamtoro kering yang sudah digiling, onggok, pupuk urea, tepung tapioca, dan tepung singkong
 














4.1.2 Organ Pencernaan Ruminansia
Tampak luar saluran pencernaan ternak ruminansia
Tampak dalam saluran pencernaa ternak ruminansia
 

























4.1  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu mengamati bahan pakan yang terdiri dari jerami padi, lamtoro kering yang sudah digiling, tepung tapioka, tepung singkong, pupuk urea dan garam serta pengamatan organ sistem pencernaan ternak ruminansia.
a.       Bahan pakan
a.       Jerami padi
Jerami padi adalah hasil samping dari tanaman padi dan digunakan sebagai sumber pakan untuk ternak ruminansia terutama oleh petani skala kecil di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, jerami banyak dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak ruminansia, pupuk tanaman produksi, karena sangat melimpah serta murah. Pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak terutama dilakukan pada saat musim kemaraudimana para peternak sulit untuk memperoleh hijauan berkualitas tinggi (Castillo et al., 1982).
Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein kasar rendah serta serat kasar yang tinggi, kandungan protein kasar pada jerami ini sekitar 2-5 %, tingkat kesukaan ternak rendah, ketersedian melimpah.
b.      Lamtoro kering
Lamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia sejak dulu dengan nama petal cina. Tanaman ini termasuk kacang-kacangan yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini dibawa ke Indonesia pada abad ke-20 sebagai tanaman peneduh di perkebunan-perkebunan (Budiman dkk ., 1994) .
Lamtoro mengandung protein, kalsium dan energi yang tinggi . Menurut Haryanto (1993), daun lamtoro mengandung protein yang relatif rendah tingkat pemecahannya di dalam rumen sehingga merupakan sumber protein yang balk untuk ternak ruminansia . Kandungan proteinnya berkisar antara 25 - 32% dari bahan kering, sedangkan kalsium dan fosfomya berturut-turut antara 1,9 - 3,2% dan 0,15 - 0,35% dari bahan kering
Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi .Lamtoro mengandung zat anti nutrisi yaitu asam amino non protein yang disebut mimosin, yang dapat menimbulkan keracunan atau gangguan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Haryanto, 1993 dan Siregar, 1994).
c.       Tepung tapioka
Tepung Tapioka adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan juga dapat diberikan kepada ternak.  Tepung Tapioka mengandung energi sebesar 362 kilokalori, protein 0,5 gram, karbohidrat 86,9 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 0 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0 miligram.  Selain itu di dalam Tepung Tapioka juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Tapioka, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %., tepung tapioka juga bagus utk ternak karena mampu meningkatkan bobot ternak.
d.      Onggok atau ampas gaplek
Onggok adalah sumber energi yang baik dengan kandungan TDN sebesar 82.7%, dan daun singkong merupakan sumber protein dengan kadar protein kasar 21 – 30% dari bahan kering (Sudaryanto, 1992).
e.       Pupuk urea
Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung unsur hara Nitrogen (N) yang berkadar tinggi dengan kadar 46%, Setiap 100 kilogram pupuk urea mengandung 46 kilogram nitrogen, Moisture 0,5% dan Kadar Biuret 1%. Pupuk urea memiliki tekstur yang cukup kasar, berbentuk butiran-butiran seperti kristal dengan warna putih dan rumus kimia pupuk urea adalah NH2 CONH2.  Pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan yaitu membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar, membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil), Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman, mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman dan pupuk Urea juga baik untuk tanaman pangan, tanaman holtikultura, tanaman usaha perkebunan, tanaman di sekitar peternakan dan juga tanaman di sekeliling usahaperikananan.

f.       Garam
Mineral seperti garam tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh ternak, akan tetapi didapat dari pakan seperti hijauan yang dimakan ternak. Jika pakan yang dimakan ternak sedikit mengandung atau bahkan tidak mengandung mineral sehingga ternak kekurangan mineral padahal seperti kita ketahui setiap hari ternak memerlukan mineral. Bila ternak kekurangan mineral maka pertumbuhan ternak akan terhambat sehingga berefek kepada terganggunya proses reproduksi dan produksi. Alasan itulah yang mendasari betapa pentingnya mineral bagi ternak.Peternak harus menyediakan garam dikandang setiap saat sehingga hewan dapat menjilatnya.Suatu campuran yang terdiri dari 50 % garam dan 50 % dicalcium phosphat harus disediakan setiap saat. Sapi dan kerbau akan menghabiskan 2 kg campuran ini selama satu bulan. Kambing dan domba memerlukan sekitar 200 gr/ekor setiap bulan.Juga beberapa mineral harus disediakan di kandang. Fungsi garam yaitu  membantu pembentukan vitamin dalam tubuh ternak. Jadi percuma saja kita memberikan vitamin untuk ternak bila kebutuhan mineral ternak tidak cukup, membantu pembentukan enzim dalam tubuh ternak Seperti halnya vitamin, enzim pun membutuhkan mineral untuk bisa terbentuk dan ternak bisa mengatasi atau mentolerir kekurangan vitamin dalam waktu yang relative lama, tetapi tidak untuk kekurangan mineral.

b.      Sistem organ pencernaan ruminansia
a.       Rongga mulut
Rongga mulut adalah tempat pertama yang akan dilalui bahan makanan untuk diolah menjadi sumber energi bagi tubuh hewan. Pada rongga mulut terjadi 2 jenis proses pencernaan, yakni pencernaan mekanis atau fisik, dan pencernaan secara kimiawi. Pencernaan mekanis atau fisik ini dilakukan dengan menggunakan gerakan yang akan membuat bahan makanan terurai secara fisik, dalam artianmenjadi ukuran yang lebih kecil. Pencernaan mekanis ini biasanya dilakukan dengan pengunyahan. Dengan pengunyahan bahan makanan akan terurai menjadi ukuran yang lebih kecil. Dengan ukuran yang kecil memudahkan untuk dilakukan pencernaan secara kimiawi. Selanjutnya terjadi juga pencernaan secara kimiawi dengan melibatkan enzim yakni mengurai bahan makanan menjadi unsur dan molekul yang lebih sederhana dan juga kandungan kimianya, nilai gizi didalamnya yang kompleks tersusun dari berbagai unsur kimiawi akanterurai menjadi bentuk halus atau molekul yang lebih sederhana.
Enzim-enzim yang dihasilkan pada rongga mulut dihasilkan dari sejumlah kelenjar ludah, terdapat 3 kelenjar ludah diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.Air liur mengandung enzim ptyalin (amilase ludah), yakni enzim yang mengurai karbohidrat polisakarida (amilum) menjadi maltose (disakarida). Air liur pHnya atau tingkat keasamannya adalah hampir mendekati netral kira-kira 6,7. Kandungan airnya tinggi sekitar 98%, air liur ini berfungsi untuk membasahi makanan, membunuh bakteri yang tidak baik bagi kesehatan, mencegah mulut dari kekeringan.
b.      Esophagus
Seperti disebutkan didepan esophagus adalah merupakan saluran makanan masuk menuju lambung.Esofagus yang panjangnya adalah kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm adalah jalur untuk mengalirkan makanan setelah dari farinks ke lambung. Gerakan mendorong dan meremas akan membuat bolus turun ke lambung secara perlahan. Aktivitas menelan ini termasuk pada aktivitas yang dipengaruhi kesadaran,karena bagian atas esofagus ini tersusun atas otot lurik (rangka) yang responnya dipengaruhi kesadaran.
Adanya mukosa yang dihasilkan di esofagus juga mempermudah proses mendorong bolus ke arah lambung, sehingga bolus akan lebih licin, selain itu adanya mukus akan membuat resiko gesekan berkurang dengan licinnya permukaan, membuatnya dapat meregang untuk menampung makanan dan air sebanyak kurang lebih 2 liter
c.       Lambung
Setelah melewati esophagus makanan masuk kedalam lambung.Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung juga berfungsi untuk mencerna protein dengan mensekresikan enzim protease dan asam  lambung.  Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar disebut bolus. Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dikunyah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Lambung berada pada sisi kiri rongga perut (abdomen), dan dibawah diafragma. Lambung dapat menyimpan seluruh makanan yang  dimakan dalam satu waktu karena ukurannya yang besar tersebut maka sering disebut dengan “perut besar”. Dinding-dindingnya sangat elastis dan memiliki lipatan seperti akordion pada masing-masing ujung lambung.Spingter esophageal merupakan klep yang membatasi antara bagian esofagus dengan lambung, dan agar makanan tidak kembali ke esofagus, jadi sfingter ini hanya terbuka jika ada makanan masuk atau pada saat muntah.Sedangkan klep yang membatasi antara lambung dengan duodenum disebut dengan sfingter pilorus.
Dinding lambung atau fundus mensekresikan suatu cairan yang sering disebut dengan “getah lambung”, yakni suatu cairan pencernaan yang bercampur dengan makanan ,dengan komposisi asam klorida (HCl) yang sangat asam, tingkat keasamannya (pH) sekitar 2, karena sangat asamnya getah lambung ini sehingga cukup untuk melarutkan paku besi. Fungsi getah lambung tersebut adalah mengurai zat-zat dalam makanan dan juga sebagai zat anti kuman apabila ada bakteri yang tertelan sewaktu makan.
Selain getah lambung ditemukan pula enzim pepsin yang berfungsi sebagai hidrolisis(mencerna) protein. Pepsin memecah ikatan kompleks dan rumit pada protein menjadi bagian sederhana dari protein yakni asam amino.Pepsin adalah salah satu enzim yang bekerja dengan baik pada larutan asam pekat (getah lambung) yang terdapat pada lambung. Pada lambung bolus yang tercampur dan sudah diurai oleh HCl bersifat asam dan disebut dengan bubur kim
d.      Usus
Usus atau disebut juga usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Proses pencernaan selanjutnya dilakukan di usus, sebelum mengalami penyerapan dilakukan dengan bantuan enzim yang dikeluarkan diusus.  Proses penyerapan sari makanan dari organ gastrointestinal terjadi dengan cara transpor pasif atau dengan difusi dipermudah. Transpor pasif terjadi karena ada perbedaan konsentrasi, sedangkan difusi dipermudah terjadi karena difusi dengan bantuan molekul carrier pada sel penyerap. Penyerapan karbohidrat dan protein berlangsung secara difusi dipermudah
Usus halus memiliki panjang kurang lebih 6 meter pada manusia, usus halus (small intestine) merupakan bagian dari system pencernaan yang terpanjang. Pada organ ini penyederhanaan zat yang kompleks akan dirubah dan diurai menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi daripada hasil pencernaan dari tahap-tahap sebelumnya, dan sebagian besar zat-zattersebut diserap oleh darah yang ada di pembuluh kapiler yangtersebar di usus halus ini dengan cara berdifusi, untuk selanjutnyadidistribusikan bagi seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya.
Bagian-bagian dari usus halus sendiri terbagi menjadi 3 bagian, yakniduodenum (usus 12 jari), jejenum (usus kosong), ileum (ususpenyerapan). Pada bagian duodenum kim asam yang dihasilkan darilambung bercampur dengan getah pencernaan dari pankreas, hati,kandung empedu, dan sel-sel kelenjar pada dinding sel usus halus itusendiri.
Pada jejenum, makanan mengalami pencernaan secara kimiawi (dengan bantuan enzim) yang dihasilkan dari dinding usus, teksturmakanan pada fase ini lebih encer dan halus. Enzim-enzim yangdihasilkan pada usus halus meliputi : Enterokinase, berfungsimengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas; Laktase, berfungsimengubah laktosa (semacam protein susu) menjadi glukosa; Erepsinatau dipeptidase, berfungsi mengubah dipeptida atau pepton menjadiasam amino; Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa;Disakarase, berfungsi mengubah disakarida (gula yang memiliki lebihdari 1 monosakarida) menjadi monosakarida (suatu gugus gula yangpaling sederhana); Peptidase, berfungsi mengubah polipeptida menjadiasam amino; Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.  Lipase berfungsi mengubah trigliserid menjadi asam lemak dan gliserol.
Dalam ileum (usus usus penyerapan) terdapat banyak vili (lipatan  atauatau sering disebut jonjot usus). Vili berfungsi memperluasbidang penyerapan usus halus sehingga penyerapan zat makanan akanlebih maksimal
e.       Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang kurang lebih 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik.Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh.Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens.Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai dengan 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri E. coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rectum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus/rektum. 
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan pada bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik.Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna. 



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Bahan pakan pada ternak ruminansia terdapat banyak jenis, diantaranya yaitu jerami padi, lamtoro kering yang sudah digiling, tepung tapioka, tepung singkong, dan pupuk urea.
a.       Jerami padi digunakan sebagai sumber pakan untuk ternak ruminansia yang dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak ruminansia, pupuk tanaman produksi, karena sangat melimpah serta murah.
b.      Lamtoro kering, Lamtoro (Leucaena leucocephala) atau petal cina yang termasuk kacang-kacangan yang berasal dari Amerika Tengah dan mengandung protein, kalsium dan energi yang tinggi.
c.       Tepung tapioka adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dapat diberikan kepada ternak karena mampu meningkatkan bobot ternak.
d.      Onggok atau ampas gaplek adalah sumber energi yang baik dengan kandungan TDN sebesar 82.7%, dan daun singkong merupakan sumber protein dengan kadar protein kasar 21 – 30% dari bahan kering.
e.       Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung unsur hara Nitrogen (N) yang berkadar tinggi, memiliki tekstur yang cukup kasar, berbentuk butiran-butiran seperti kristal dengan warna putih. Manfaatnya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan yaitu membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar, membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil).
f.       Garam, tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh ternak, akan tetapi didapat dari pakan seperti hijauan yang dimakan ternak. . Fungsi garam yaitu  membantu pembentukan vitamin dalam tubuh ternak.


Sistem organ pencernaan ruminansia, diantaranya yaitu:
Rongga mulut, adalah tempat pertama yang akan dilalui bahan makanan untuk diolah menjadi sumber energi bagi tubuh hewan. Pada rongga mulut terjadi 2 jenis proses pencernaan, yakni pencernaan mekanis atau fisik, dan pencernaan secara kimiawi. Enzim-enzim yang dihasilkan pada rongga mulut dihasilkan dari sejumlah kelenjar ludah, terdapat 3 kelenjar ludah diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.
Esophagus, adalah merupakan saluran makanan masuk menuju lambung. Adanya mukosa yang dihasilkan di esofagus juga mempermudah proses mendorong bolus ke arah lambung, sehingga bolus akan lebih licin.
Lambung, setelah melewati esophagus makanan masuk kedalam lambung,yang mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali) karena pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung berfungsi untuk mencerna protein dengan mensekresikan enzim protease dan asam  lambung. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,omasum, dan abomasum sepertipada lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Usus atau disebut juga usus halus (small intestine) merupakan bagian dari system pencernaan yang terpanjang yang terdiri atas tiga bagian yaitu yakni duodenum (usus 12 jari), jejenum (usus kosong), ileum (usus penyerapan). Pada organ ini penyederhanaan zat yang kompleks akan dirubah dan diurai menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi.
Usus besar atau kolon memiliki panjang kurang lebih 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai dengan 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri E. coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rectum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus/rektum. 

5.2  Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan lebih memperhatikan penjelasan dosen pembimbing praktikum dengan baik agar tidak terjadi sesuatu yang tak di inginkan dan praktikum berjalan dengan lancar dan tertib.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.“Sapi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi. (24 Mei 2019)
Anonim. 2005. “Budidaya Ternak Kambing”http://www.iptek.net.id/ind/ wari
24 Mei 2019).
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Etawafarm. 2011. “Pakan Kambing”.. http://www.etawafarm.com/2011/11/ pakankambing.html.(16 Mei 2019)
Frandson, R.D. 1992 . Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Kartadisastra, 1997. Zoologi . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor .
McDonald .1981 . Anatomy and Physiology of Farm Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.
Sarwono, B. 2008. “Beternak Kambing Unggu”l. Yogyakarta : Penebar Swadaya.Tim Dosen dan Asisten. “Penuntun Praktikum Ilmu Ruminansia dan
Ruminansia”.Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.
Soetanto. 1994 .peran Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zafal. “Asal Usul Kambing Dan Manfaat Susu Kambing”.(2009). http://zafal. wordpress.com/2009/12/28/asal-usul-kambing-dan-manfaat-susu-kambing/. (24 Mei 2019).
Castillo, L. S., Roxas, D. B., Chavez, M. A., Momongan, V. G., And Ranjhan, S. K. 1982. The effects of a concentrate supplement and of chopping and soaking rice straw on its voluntary intake by carabaos. In "The Utilization of Fibrous Agricultural Residues as Animal Feeds", :74-80, editor P. T.
Doyle. School of Agriculture and Forestry, University of Melbourne, Parkville, Victoria.
Budiman, H. dan Syamsimar Djamal .1994 . Hijauan Pakan Ternak. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor .Hal 19.
Haryanto, B. dan A. Djajanegara.1993 . Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil .Sebelas Maret University Press. Hal 192-194.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM-MACAM IDENTIFIKASI PADA TERNAK SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA

MAKALAH PRODUKSI TERNAK PERAH MACAM-MACAM IDENTIFIKASI PADA TERNAK SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA OLEH : NAMA   : JUNALDI SUPRIANTO M NIM        : B1D 017 138 KELAS : 5B1 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2019 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Produksi Ternak Perah tepat pada waktunya. Ucapan   terima kasih juga kami sampaikan untuk dosen pengampu yaitu Bapak Muhammad Dohi, M.Si yang senantiasa telah memberikan materi tentang Ilmu Produksi Ternak Perah, serta teman-teman sekalian. Penulis sangat berterima kasih sebanyak-banyaknya jika ada kritik dan saran yang akan membangun dan memperbaiki tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya. Mataram, 1...

LAPORAN REPRODUKSI (Koleksi, Evaluasi, Pembekuan dan Pengenceran)

ACAR I KOLEKSI (PENAMPUNGAN) SEMEN KOLEKSI (PENAMPUNGAN) SEMEN 1.1. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ini agar praktikan mengetahui cara penampungan semen dengan vagina buatan dan mendapatkan semen yang segar yang kualitasnya baik agar dapat diproses lebih lanjut. 1.2. Hasil Praktikum                      (a)                                                          (b) Gambar 1. Penampungan semen segar (a)Sample K1 (b)Sample K2 Dari hasil penampungan semen kambing yang telah dilakukan, didapatkan sperma kambing dengan volume K1 sebanyak 0,9 ml/ejakulasi da...